S' L @ m @ t ^ ~ ^ D @ t @ n g

zwani.com myspace graphic comments

Friday 8 January 2010

Memorial di Depan Tanah Merah


Bahana suara hati kian terdengar, mengalun menyelaras dengan langkah kakiku pagi itu. Entah kenapa, ketika adzan subuh berlalu seiring temaram cahaya surya menantang bumi dengan merangkak berlahan keatas, kuharus menangis oleh kerinduan hari-hari dulu. Hari yang ku damba untuk terulang kembali walaupun hanya sesaat dalam lelap tidurku, sedetik dalam nafas mencuas makna wajah tersirat.
Ku gandeng tangan kecil masa depanku, dalam genggamannya yang ceria, meloncat bak burung bercicit diatas masjid pondok. Kala itu matanya masih merah, hendak terkatup karena larut membuainya. “mama’ kita mau kemana?”,bibir kecilnya bertanya, matanya berkejap bening. “mama, ingin menunjukkan sebuah contoh untuk masa depan”. Mata itu terbeliak senang, seakan mainan bertumpuk dihadapannya. Ia menjajari kakiku dengan 2 langkah yang saling menyambung berlari. Kini matanya tidak di gelayuti oleh tidur.
Bangunan itu masih seperti dulu, masih disaat aku meninggalkannya 2 tahun yang lalu. Warna kelabu menghias setiap dinding tampa polesan. Kesepian menyergap, suasana damai terasa di relung hati ini. Gedung sekolah di sampingnya, berdiri kokoh diiringi suara syahdu anak-anak santri yang mengaji dengan nada yang terkadang beraturan dan lainnya dengan riuh rendah memecah pagi. Aku melalui jalan setapak itu kembali, yang kini mengeras oleh mereka yang datang dan pergi untuk menatapnya sejenak.
Gundukan itu masih terlihat rapi, walaupun sekitarnya telah mempengaruhi untuk menyelaraskan datarannya. Aku duduk diantara keduanya, dan si kecilku serta merta melakukan hal yang sama. “mama’ ini apa?”, tanyanya sambil memegang bergantian kedua batu tersebut. Aku menarik nafas, mengeluarkan foto Etta laki-laki dan perempuan. Aku mulai bercerita kepadanya, siapa Etta laki-laki dan siapa Etta perempuan?. Mata itu antusias mendengarnya, seakan cerita yang mengalir dari mulutku adalah dongeng 1001 malam. Kaki kecilnya bergantian menopang badannya, kadang bersila dan menjulurkan kakinya dengan pertanyaan yang tidak berhenti. Anak 3 tahun didepanku seakan lebih dewasa dari usianya dalam mendengarkan ceritaku. Matahari terus merangkak keatas, panas terasa. Tembok kecil yang berdiri disamping kami tidak dapat menghalau sinarnya sekedar memberikan kami tempat berteduh. Aku menyudahi ceritaku, “mama’ ceritanya lagi”, pinta si kecil sedikit merengek. “ok, mama akan cerita lagi tapi tidak sekarang. Insyallah besok kesini lagi”. Kaki kecil itu berdiri, memandang dua batu di kanan kirinya. “mama’ berarti ini Grand pa dan ini Grand ma?”, aku menggangguk. “good bye grand pa, good bye grand ma”, tangan kecilnya melambai, seakan bukan tanah yang dihadapannya tapi dua sosok yang tidak asing baginya. Aku menggamit tangan kecil itu keluar dari tempat tersebut, tapi si kecilku kembali menarik tangannya dan kembali kegerbang kecil itu melihat dua batu itu kembali. “Fayez, biriimm ( ayo kita pergi )”, panggilku dari jarak 2 meter. Ia menoleh kearahku tersenyum lucu seakan ingin mengatakan sesuatu yang belum dapat ia katakan, “Etta, dustetuun doram ( aku mencintai kalian berdua )”, teriaknya dan berlari meraih tanganku. Langkahku kini ringan sekali, dengan keceriaan yang tidak tertahan dari aura kecil disampingku. Pertanyaannya masih mencerca seputar Etta. Aku tahu, ini bukan yang terakhir tapi masih banyak kisah yang akan dia dengarkan nantinya, baik dari aku maupun dari mereka saksi perjalanan riakan hidup keduanya.


kata fayez "Lihat disini"......