S' L @ m @ t ^ ~ ^ D @ t @ n g

zwani.com myspace graphic comments

Friday 12 June 2009

Stereotip Eropa Terhadap Wanita Islam

Efek negatif dan peristiwa sejarah Kristen-Muslim tidak jauh tercermin dalam pandangan mengenai Islam yang muncul dari literature dan pemikiran Barat. Walaupun ada saat-saat berhubungan, saling mengetahui, dan pertukaran yang bersifat membangun, pada umumnya ekspansi Muslim ke Eropa, dari penaklukan Arab hingga Perang Salib dan Kerajaan Utsmaniyah, menghasilkan permusuhan dan ketidak percayaan eropa terhadap Islam, yang terutama dipandang sebagai ancaman bagi Kristen. Eropa sendiri sebagai pusat pengembangan Kristen dibawah dominasi tahta vatikan suci di roma, benua ini menjadikan Islam sebagai bias yang menakutkan bagi mereka dalam tiga sisi, dari segi teologis maupun agama dan politik. Rasa takut dan penghinaan yang bersatu dengan etnosentrisme Eropa mengakibatkan citra Islam dan Muslim yang terdistorsi sehingga menjadikan para ilmuwan beralih dari studi tentang kontribusi Islam ke pemikiran Barat.
Tidak jauh dengan pemikiran barat akan wanita Islam, Eropa juga menganggap wanita islam adalah pembodohan yang tidak masuk akal. Anggapan pembodohan itu sendiri dalam diri orang eropa tumbuh dan berakar dari kebodohan yang bukan hanya mencerminkan pengetahuan yang kurang tetapi juga kecenderungan mereka pada umumnya baik di antara orang-orang terpelajar, maupun tidak terpelajar untuk mengecam dan menjelek-jelekkan islam sebagai musuh mereka, dan merasa lebih unggul dengan memusnahkan hal-hal yang menantang dan mengancam, termasuk penghinaan kepada nabi besar islam dengan karikatur, tulisan dan tidak ketinggalan segi kebesaran tauladan Nabi Muhammad juga di lecehkan sebagai keteladanan yang semu, dalam garis besarnya diada-adakan oleh kalangan islam itu sendiri. Kehidupan bebas bergaul tampa batas dijadikan mereka sebagai ajaran yang berasal dari Muhammadisme, yang memiliki sembilan istri. Hal ini yang terkadang dijadikan senjata oleh misionaris dan pengemban gereja untuk merusak keyakinan wanita islam bahwa nabi mereka juga mendukung kebebasan tampa batas tersebut.
Seorang penulis yang menyebut dirinya sebagai pemegang prinsip dan kebajikan Pencerahan. Fanaticism, or Muhammad the Prophet karya Voltaire menggambarkan Nabi Muhammad sebagai tiran yang teokratis. Ernest Renan, seorang dosen di sebuah universitas dalam kuliahnya yang sering dikutip, mengunggulkan sains dan nalar serta kemajuan manusia, dengan mengatakan bahwa Islam tidak sesuai dengan sains, dan bahwa kaum Muslim tidak mampu belajar ataupun membuka diri terhadap gagasan-gagasan baru. Stereotip tradisi agama yang statis, irasional, tidak ada kemajuan dan antimodern ini diabadikan oleh para pakar dan teori pembangunan dalam abad ke-20. Martin Luther memandang Islam, "dalam gaya abad pertengahan, sebagai suatu gerakan kekerasan untuk melayani anti-Kristus; itu tidak dapat diubah karena tertutup bagi akal; hanya dapat dihentikan
dengan pedang dan bahkan dengan suatu usaha yang sulit."
Kita tidak bisa menutup mata bagaimana pelajar muslimah dieropa terpaksa melepas jilbab mereka demi melanjutkan pelajaran disekolah,maupun bekerja. Dan lebih tragisnya lagi hal ini hanya di berlakukan bagi muslim dan muslimah yang mendiami Negara tersebut. di negara jerman demosntrasi karena larangan berjilbab di negara ini bukannya terselesaikan, tetapi pemerintah makin memberikan ultimatum yang lebih parah. Daerah larangan berjilbab di Jerman semakin meluas. Dari 16 negara bagian, 8 negara bagian telah memberlakukan larangan tersebut. Dikatakan larangan berjilbab diadakan untuk menghindari seseorang dari pengaruh islamisme(41). Tidak jelas pengaruh apa yang dimaksud,bukankah dengan jilbab itu sendiri menjadikan wanita mereka lebih berarti di bandingkan pergaulan tampa batas yang semakin marak di negara ini..?. Dewan Muslim di Jerman berpendapat bahwa larangan ini bersifat diskriminatif karena tidak diberlakukan di semua agama. Jika seorang muslim dilarang menampilkan identitas agamanya, maka mengapa umat Kristen diperbolehkan memakain simbol salib dileher,bros dan beberapa hiasan mereka..?. Tak lupa di Perancis. Namun larangan ini lebih adil, karena diberlakukan pada semua agama. Presiden Perancis, Jacques Chirac telah memberlakukan suatu undang-undang yang melarang penggunaan jilbab Muslimah, topi Yahudi, dan salib besar Kristen di sekolah-sekolah pemerintah Perancis. Walaupun larangan ini, dianggap sesuatu yang adil karena di berlakukan disemua agama,tapi apakah memang kita tidak berhak atas agama kita sendiri..?. Di Inggris, November 2004, jilbab juga kembali dilecehkan. Kali ini dilontarkan oleh institusi tertinggi kedua dalam Keuskupan Inggris. Pernyataan itu berasal dari Uskup York, John Sentanu dalam sebuah wawancara dengan surat kabar British Daily Mail yang menyatakan bahwa jilbab tidak sesuai dengan norma-norma kesopanan. Masih pada bulan yang sama, senada dengan John Sentanu, Menteri Kebudayaan Mesir, Farouq Hosin, melontarkan pernyataan bahwa jilbab wanita Muslim sebagai bentuk kemunduran dan kembali ke belakang. Farouq mengklaim bahwa Islam tidak pernah mewajibkan jilbab kepada wanita Muslimah. Bahkan dia mengatakan, sekiranya dirinya punya isteri pasti dia akan melarangnya mengenakan jilbab. Pernyataan keduanya pun kontan memunculkan reaksi keras dari berbagai kalangan.
Hal ini tentunya menuai banyaknya demosntrasi dari kalangan muslimah eropa yang tidak terdengar dan sengaja memang tidak mau didengarkan oleh para pemegang kekuasaan di negara mereka. Terkadang suatu kenyataan sangatlah pahit, mungkin hal inilah yang menjadikan fobia eropa akan islam,bukannya melihat cara dan perkembangan yang dilakukan islam dalam masa yang cukup panjang di benua mereka.


kata fayez "Lihat disini"......